Journey to EADC 09 (untold story) 3



wkkk...mungkin ini episode selanjutnya yang nge-bahas tentang pengalaman sebagai 10 besar di EADC 09 beberapa bulan lalu.
Cerita dimulai ketika hari pertama kita harus test psikologi lagi. Test kali ini lebih mendetail daripada test psikologi pas seleksi 10 besar-nya. Mulai dari mencocok-kan gambar sampai hitung menghitung yang dibatasi pake timer..Seumur-umur baru kali itu saya mengalami test psikologi yang rumit. Kemudian test selanjutnya adalah membuat bangunan dari kartu. Wah, ini yang gawat..lha wong kita jarang maen kartu apalagi ngga punya bakat jadi arsitek walhasil bangungan kita yang paling parah, paling buruk pokoknya paling worst-lah..Dan yang terakhir adalah test presentasi di depan para psikolog profesional tersebut. Hasilnya, presentasi kita tergolong cukup berbelit-belit. Lha wong mau ngomongin komik sebagai tema yang diangkat lha kok malah sampai teknik pembuatan tempe. Tapi, ngga pa pa..kita jadinya tahu apa kesalahan kita dan mencoba untuk memperbaikinya.
Hari kedua ada pengarahan dari sutradara dokumenter profesional yaitu Lianto Luseno. Nah..mungkin inilah salah satu penyebab kita ngga lolos (diantara sebab lainnya..) yaitu karena kurang persiapan,
saat mas lianto datang ke meja kami dan mau nge-cek presentasi kami, dia ndak ngedapetin apa-apa karena kita belum buat slide presentasinya...jadinya dia pun berlalu ke meja peserta selanjutnya untuk memberikan pengarahan.
Yah..mungkin itu kesalahan ke-dua setelah satu hari sebelumnya kita terlalu berbelit-belit dalam menyajikan presentasi.
Malam-nya kita ngelembur untuk menyelesaikan slide buat presentasi (bersama dengan peserta lain yang juga ngga tidur). Akhirnya melalui brainstorming kami, presentasi siap pada jam 3 pagi dan kami pun langsung terkapar. Jam setengah 6, slide presentasi yang sudah jadi harus dikumpulin ke panitia.
Ok..langsung ke acara pitching forum. Pas pitching, jangan harap untuk bisa sekedar menyaksikan kecantikan si pembawa acara (wuihhh..Eva Julianti booo..dia termasuk newsanchor idola saya sejak dia membawakan acara buser di SCTV), karena kita langsung dihadapkan pada 5 juri profesional yang sudah terlihat garang. Presntasi pun dimulai.. Dalam waktu 5 menit, kami harus bisa menyajikan apa saja yang di ungkap dalam tema kami. Kemudian dilanjutkan 15 menit sesi tanya jawab. Dikelilingi oleh kamera-kamera besar, kami berusaha untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dewan juri yang memang benar-benar menakjubkan dan tidak terduga. Dan memang benar, jangan sampai membuat pernyataan yang keluar dari fokus permasalahan (sepertinya kita termasuk yang out of fokus juga) 20 menit terasa cepat bagi kami. Sambil menunggu peserta lainnya ber-pitching, kami-pun diwawancarai oleh kru metro tv.
Hingga masa penantian lebih dari 6 jam, akhirnya diumumkan siapa saja yang lolos ke-5 besar. Terbukti, karena masih banyaknya kekurangan dari kami di sana-sini, maka kami-pun harus pulang.
Tiba di Semarang, kontemplasi dilakukan sambil mencari hikmah dari kebelumberhasilan tersebut. Dan Alhamudlillah, masih ada hikmah yang bisa di petik yakni akhirnya Insya Allah saya bisa menyelesaikan kuliah tahun ini (seandainya saya lolos, mungkin saya
belum bisa lulus kuliah tahun ini). Dan nasib kang Rahul yang sudah dapat SP ( surat Peringatan) dari kampusnya untuk segera menyelesaikan kuliahnya akhirnya bisa terwujud. Dia telah merampungkan sidang skripsi dan Insya Allah bisa wisuda tahun ini juga..
Tuhan Maha Adil, Dia lebih tahu apa yang terbaik bagi hambanya. Ketika ikhtiar sudah dimaksimalkan, selanjutnya bukan wilayah kita..biarlah sang pemilik invisible hand yang bekerja..
Ok..untuk selanjutnya mungkin masih ada 1 episode lagi untuk nge-bahas tentang EADC 09 ini (sekali lagi, mungkin...). So, ditunggu aja kisah selanjutnya..salam..

Journey to EADC 09 (untold story) 2






wah..sebenarnya udah lama banget pengen nge-upload pengalaman ini..tapi, apa daya..tuntutan akademis mengharuskan seluruh tenaga fisik dan pikiran saya untuk fokus pada satu misi yang tertunda..lulus kuliah !!! dan Alhamdulillah, akhirnya sudah menjalani sidang skripsi dan dinyatakan lulus walaupun dengan nilai yang pas-pasan... dan baru sekaranglah saya baru bisa me-share sedikit pengalaman pas kompetisi eagle kemaren. Tapi, sayangnya...sudah benar-benar telat, karena para rival saya (sekaligus sahabat) yang telah lolos sekarang sudah bersiap premier film mereka...jadi, mungkin apa yang saya upload sekarang sudah jadi pengalaman yang agak basi... tapi, saya akan tetap berusaha konsisten untuk berusaha kreatif menyikapi kebelumberuntungan...nggak masalah kalo dibilang basi..bahkan, saya berencana akan membuat beberapa cerita lagi yang sekarang masih dalam angan-angan...wkwkkkk.. ok..untuk postingan kali ini, jangan percaya 100% sama gambarnya..semuanya hiperbolis..tapi beneran, kisah itu benar-benar terjadi !!! sebuah sifat alami para manusia yang baru merasakan hal-hal baru yang belum pernah ditemui. Dan sebenarnya hal itu tidak hanya dialami oleh si andhapasor, tapi oleh sebagian teman-teman semifinalis yang laen..dan sosok andhapasor di sini mewakili kejadian2 yang telah dialami dan tentu saja sebagaimana pembuatan gambar kartun lainnya, harus dibikin lebay...biar lucu...wkkwkkk secara formal, apa yang saya buat tidak ada hubungannya sama sekali dengan proses kompetisi eagle itu sendiri..saya hanya mencoba menggambarkan satu sisi lain yang tidak terceritakan dalam kisah yang lazim (untold story).... akhirnya, selamat menikmati...

Journey to EADC 09 (untold story) 1


Kurang lebih 1 bulan yang lalu emang punya pengalaman yang cukup mengesankan dalam hidup. He..he.. bisa lolos 10 besarnya eagle awards-nya metro tv. Ngga nyangka..., bermula ikutan workshop-nya eagle awards di undip semarang sekitar akhir maret, saya beserta seorang teman (farid a.k.a rahul) membulatkan tekad untuk mencoba peruntungan di kompetisi film dokumenter ini. Sebenarnya ketertarikan saya pribadi untuk ikut eagle awards documentary competition (EADC) metrotv sudah ada sejak film suster apung jadi pemenang-nya, tapi berhubung ngga tahu cara ikutannya, hasrat itu masih terpendam dalam diri. Sampai ketika bertemu dengan kang rahul yang ternyata passion-nya sama, akhirnya kami mencoba ikutan kompetisi ini. Itung-itung pengisi kekosongan waktu ketika saya sudah cukup stres karena ngga bisa segera menyelesaikan skripsi. Saking ngotot-nya, kami mengirimkan 3 proposal sekaligus. Yang pertama tentang papillon komik semarang, kedua tentang genk kobra jogja dan ketiga tentang sanggar semu jogja yang didirikan seorang teman semasa smp dan sma. Dari ketiga proposal tersebut, hanya proposal yang mengangkat ide cerita tentang papillon komik yang bisa lolos 47 besar. Selang kira-kira 1 minggu kemudian, ternyata kami bisa lolos 22 besar dan menjalani tes psikologi di jogja dan wawancara by phone dengan selektor proposal EADC. Akhirnya Alhamdulillah, kami bisa lolos 10 besar dan berhak mengadu nasib proposal kami di Jakarta untuk pitching forum di metro tv. Banyak suka duka yang kami alami, dari terjatuhnya saya dari sepeda motor 3 hari menjelang deadline pengiriman proposal sehingga saya harus membantu kang rahul untuk menyelesaikan proposal dalam keadaan luka-luka di sekujur tubuh (bahkan selama tiga hari saya harus shalat dengan duduk, karena kalo lutut di tekuk akan teramat sakit sekali rasanya...). Belum lagi ditambah beban psikis karena memikirkan motor yang rusak dan berusaha menyembunyikan keadaan saya saat itu kepada orang tua (mungkin sampai sekarang...). Lebih parah lagi adalah posisi kang rahul..ketika 1 minggu menjelang deadline kirim proposal, dia dapat SP 1 dari kampusnya karena statusnya sebagai mahasiswa sudah menempuh 14 semester. Itu jadi berimbas pada pengerjaan proposal (karena mungkin kang rahul cukup stres) yang molor dan baru dikerjakan 3 hari menjelang deadline (dan setelah itu gantian saya yang dapat peringatan). Bahkan, ketika kami lolos 22 besar dan harus tes psikologi di jogja, kang rahul harus meninggalkan pernikahan adiknya yang sudah dipersiapkan keluarga besar-nya jauh-jauh hari sebelumnya untuk resepsi di Cilacap. Dengan berat hati dia harus meminta izin dan berpamitan dengan ayah, ibu dan keluarganya untuk bisa ikut tes psikologi di jogja...bayangkan!!!...dan lucunya, gara-gara keluarganya semua pergi ke Cilacap, dia lupa tidak minta uang saku kepada ibunya dan terpaksa dia membawa celengan yang berisi uang receh (saya masih geli, kalo ingat ketika kang rahul akan membayar bensin, dia harus mengeluarkan celengannya dan menghitung uang receh seratusan satu persatu...). Yah..itulah sekelumit cerita pengantar pengalaman kami ketika lolos 10 EADC, walaupun akhirnya kami ngga lolos dan belum bisa mewujudkan film kami..tapi, masih next ada beberapa pengalaman lain yang masih bisa di tulis.. Ilustrasi di atas emang satu sisi lain dari perjuangan kami di EADC, yang jelas berbeda dengan yang sekarang mungkin lagi tayang di metro tv yaitu Journey to Eagle Awards. He..he..cuma berusaha kreatif menyikapi sebuah kebelumberhasilan...maturnuwun

mmm..Benny & Mice


yah..lagi suntuk nih..habis kalah dalam kompetisi eagle kemaren. jadi, sebaiknya posting yang fun-fun aja kaleee...buat ngilangin depresi..
yup, kali ini bahas tentang benny dan mice. duo kartunis kondang ini selalu mengisi di kolomya kompas. ceritanya memang bener-bener humanistik dan sangat merakyat sekali.Nama asli kartunisnya adalah benny rachmadi dan muhammad misrad. ke duanya lulusan IKJ, jadi skill-nya nggak perlu dipertanyakan lagi.
bermula dari bikin komik di kampus, akhirnya benny and mice bisa go-nasional setelah harian kompas berkenan untuk memuatnya. selain itu, benny dan mice juga eksis untuk menelorkan kumpulan karya yang pernah dimuat di kompas menjadi sebuah buku yang antara lain, lagak jakarta, jakarta atas bawah, jakarta luar dalem deel. bahkan sekarang mereka juga bikin edisi khusus tentang petualangan mereka di Bali yang berjudul lost in Bali. dan katanya mereka juga mau nerbitin buku baru tang temanya tentang pemilu 2009 ini (atau mungkin sudah keluar kali...).
sebagai kartunis pemula (belum amatir), karya mereka memang jadi referensi saya. moga-moga aja bisa jadi kartunis kondang kayak mereka....bravo kartunis Indonesia...

Ajining Diri Gumatung Ing Lathi, Ajining Raga Gumantung (Ora) Ing Busana


Yah..judul di atas memang muncul karena adanya kekecewaan atas realita di sekitar kita. Senada dengan idiom english "dont judge abook by its cover", memang kadang secara tidak sadar (ataupun mungkin sadar), kita sering menilai sesuatu dari nampak luarnya saja. Padahal yang namanya pembungkus belum tentus yang dibungkus itu sesuatu yang baik, justru malah lebih buruk dari bungkusnya. Ajining diri gumantung ing lathi, emang ini benar-benar suatu hal yang nyata dan telah tersurat dalam banyak peribahasa bahkan sampai hadits sekalipun. :"Lisan lebih tajam dari pedang" atau hadits yang mafhumnya bahwa jika kita tidak bisa menjaga lisan kita, lebih baik diam. Sifat dan karakter seseorang juga bisa dilihat dari bagaimana dia berucap. Sama-sama kesandung, yang satu refleksnya berucap "Innalillahi" tapi satu orang lagi berucap "AS***", mungkin itu bisa menjadi sedikit indikator karakter orang tersebut. Di sisi lain, Ajining diri gumantung (ora) ing busana,-memang melawan peribahasa jawa yang sesungguhnya- bisa dibuktikan bahwa sesuatu (bisa juga seseorang) tidak bisa diukur dari tampak luarnya saja. Bisa jadi yang pakaiannya bagus, pake mobil mewah ternyata dia koruptor bahkan peselingkuh (uppss..ingat beberapa anggota DPR kita yang ketangkep polisi dan KPK??). Tapi, yang pakaiannya jelek atau cuma naik sepeda onthel kemana-mana bisa jadi dia seorang yang zuhud dan qonaah. "Busana" disini juga nggak cuma terikat pada busana = pakaian, tapi juga bisa pekerjaan, pendidikan dsb..Bisa jadi yang pekerjaannya cuma jadi tukang tambal ban itu kedudukannya lebih mulia di mata Tuhan daripada yang jadi dokter atau pengusaha. "Khoirunnas anfaahum linnas" atau"Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain". Bukankah itu indikator terbaik dari Tuhan yang harusnya kita pilih. Atau bisa juga belum tentu yang bisa lulus cepet lebih baik daripada yang lulusnya telat (he..bukannya membela diri..) tapi itu kenyataan, siapa tahu yang lulusnya telat, rezekinya masih disimpen Tuhan dan yang lulus cepet malah masih jadi pengangguran.. Ruwet memang tulisan ini...tapi, setidak-tidaknya, kita harus lebih bijak dalam menilai sesuatu. Jangan sampai kita salah menilai hanya karena sudut pandang kita yang sempit. Pake zoom out jangan cuma zoom in terus.

ME-DIA


huff..Akhir-akhir ini agak bingung untuk mengungkapkan uneg-uneg yang di otak dan hati. Media yang biasa kita gunakan ternyata tetep ada bug-nya (he..kayak hacker saja..).
ok..coba kita bahas satu-satu..
yang pertama adalah lisan. komunikasi verbal yang satu ini memang mutlak dibutuhkan. Dalam keseharian, jelas kita membutuhkan yang namanya mulut ini. Tapi, kalo tidak hati-hati..gara-gara si mulut ini justru kita akan jadi celaka. Ada sebuah istilah bahwa lisan itu lebih tajam dari pedang. Nah, emang bener..seringkali sebuah perseteruan besar dimulai dari si mulut yang tak terkendali. Sampai-sampai kalo kita pernah lihat anggota DPR yang berkelahi di ruang sidang, bukankah itu bermula dari saking liarnya lisan ini. Atau kejadian tawuran pelajar..pasti juga diawali dari sebuah ejekan atau makian yang kemudian menjalar ke sebagian anggota tubuh lainnya untuk berpartisipasi (maksudnya tangan dan kaki yang buat njotos atau nendang)...ok next kita ngerembug babagan media radio. sebenernya radio cukup efektif sebagai media untuk ber-unjuk rasa. Perkembangan radio juga semakin pesat, bahkan sekarang sudah ada radio internet. hebat ngga? tapi, kayaknya bangsa kita kebanyakan ngga begitu suka dengan sebuah informasi audio saja. Rasa penasaran akan sebuah informasi harus diimbangi dengan sebuah visualisasi obyek tersebut. Huff..emang repot...penyuka radio biasanya adalah emang orang-orang yang sudah cukup fanatik dengan media ini, tapi untuk mengajak orang untuk memanfaatkan media ini (tanpa content yang sesuai dengan si pendengar) juga akan cukup sulit. Radio saat ini masih didominasi orang yang suka request lagu,curhat tentang pacarnya, atau info orang hilang...he..atau kita coba media selanjutnya..
media cetak (koran, majalah, pamlet etc) he..ini juga efektif..tapi..sesuai yang ilustrasi di atas, minat baca bangsa kita masih rendah... atau coba media yang lain, televisi. Jelas, mungkin inilah mungkin yang paling efektif. Televisi sudah dimiliki hampir seluruh warga bangsa Indonesia, ditambah banyaknya stasiun televisi yang menyiarkan beragam acara..dan tv emang benar-benar berhasil kalo disuruh menggiring opini masyarakat. Yang sebenarnya baik malah jadi kelihatan buruk, yang sebenarnya buruk malah jadi kelihatan baik. huffhh, apalagi kalo ada yang salah memanfaatkan publisitas media ini, malah bisa buat ajang ngunggahke jeneng(menaikkan nama) padahal belum tentu yang ditunjukkan itu suatu hal yang baik. Lebih repot lagi kalo yang sebelumnya buat mencari simpati masyarakat tapi karena terlalu lama diekspose malah buat ajang tebar pesona..keprimen kye??
Media selanjutnya...ehm..ya internet ini. Kehandalan internet untuk menjaring massa mungkin bisa dibilang paling sukses. Bagaimana tidak?? yang lihat bisa seluruh dunia je..Tapi, di negara kita ini keberadaan jangkauan internet (baik secara finansial ataupun aksesibilitas) masih belum sesuai harapan. Belum semua mampu untuk membiayai kebutuhan ber-internetnya(he..klebu aku..) atau internet yang belum bisa masuk ke seluruh pelosok desa (mungkin lagi di usahakan sama para pamongpraja di istana pemerintahan..) atau secara skill sebagian orang Indonesia yang belum bisa menggunakan yang namanya komputer..(ada ungkapan, "komputer ki panganan opo?" atau "internet kuwi sejenis rawon opo pecel??" atau "aku nduwene eternit, nek internet ra mudeng aku.."). wkkkk...sulit emang..apalagi kejadian akhir-akhir ini tentang seseorang yang dipenjara gara-gara sebuah email. Lha yang patut dipersalahkan siapa??UU ITE atau pihak penuntut
beserta seluruh perangkat hukum (yang mungkin bisa "diblonjo" biar kasusnya lancar) atau si penulis email yang cuma mengungkapkan uneg2nya sebagai seseorang yang merasa didholimi orang-orang yang mungkin merasa punya kuasa lebih. Ughhh..sakit hati ini ketika hak kita malah dikebiri..(semoga tulisan ini juga tidak menimbulkan effect yang berbahaya...amin..).
Kesimpulan & Saran : uppss, kok kayak menu skripsi di bab 5 ya (he..maklum sedang menjalani bab ini, doakan saja semoga cepet lulus..). Secara keseluruhan media di atas pasti punya kelebihan dan kekurangan sendiri-sendiri..Yang pasti, bagaimana kita bisa bijak menggunakan
media-media yang sudah ada. Ngga ada yang paling baik di dunia ini tapi, bukan berarti kita ngga boleh menggunakan media yang ada-kan??
Atau kalo sudah judeg n bingung merasa ngga mampu lagi menggunakan media di atas, coba kita gunakan media-media tradisional seperti kentongan, gong, atau bedug (setiap daerah punya ciri khas sendiri2-kan..).
Justru mungkin itu yang bisa diterima masyarakat. kembali ke cara-cara tradisional. Coba saja..Lha wong masyarakat kita-kan sudah kembali ke zaman batu, buktinya banyak yang percaya khasiat batu yang habis disamber gledek, katanya punya kekuatan hebat...hmmm

Ironis...


Ironis..ya, itulah yang harus dikatakan. Baru saja diingatkan 3 tahun bencana lumpur lapindo, selang satu hari kemudian ditetapkan nomor urut para calon presiden kita. Para korban lumpur yang belum jelas bagaimana nasib mereka selanjutnya masih menanti apakah pemerintah sekarang masih mempedulikan mereka. Di sisi lain orang-orang yang merasa mampu untuk mengatur negara ini malah disibukkan dengan membuat strategi agar mereka bisa terpilih.
Pemerintah sekarang masih menyisakan duka kelam bagi para korban lumpur Lapindo. Pemerintah belum mampu memberikan jalan keluar bagaimana nasib mereka. Dari masalah siapa yang akan bertanggung jawab terhadap bencana ini, sampai masalah lingkungan yang menjadi dampak selanjutnya. Telah jelas siapakah yang bertanggung jawab tapi, pemerintah malah terkesan melindungi. Si big bos Lapindo yang termasuk salah satu anggota Kabinet Indonesia Bersatu masih dengan santainya tidak merasa bersalah. Belum lagi tertolaknya kasus ini di Mahkamah Agung dan dianggap bahwa ini bukan kesalahan Lapindo.
Yah..semoga calon presiden kita yang akan datang tidak menutup mata terhadap musibah ini. Siapa yang berani untuk memprioritaskan menyelesaikan masalah rakyat yang tertindas-lah yang akan memimpin bangsa ini. Bukan orang yang acuh dan masih memiliki keberpihakan terhadap orang-orang level atas...
Nggak ada solusi dari tulisan ini..karena yang tertuang ini hanya sebuah pengingat dan harapan. Bahwa masih banyak ketertindasan yang dialami rakyat. Masih diperlukan orang-orang yang punya komitmen dan benar-benar peduli terhadap permasalahan rakyat. Seandainya pemimpin kita bisa meneladani Umar bin Khattab RA, yang sampai "blusukan" ke tempat tinggal warganya agar bisa melihat kondisi riil yang dialami rakyat. Seandainya pemimpin kita bisa meneladani Umar bin Abdul Aziz yang karena saking takutnya terhadap sebuah amanah kepemimpinan, beliau tidak mau menyalakan lampu minyak ketika ditemui saudaranya hanya karena pembicaraan yang dilakukan adalah masalah pribadi, bukan masalah yang menyangkut negara.
Yang ada sekarang, para calon pemimpin baru "blusukan" sampai ke tempat pembuangan sampah pas mau nyalon jadi presiden. Seandainya hari-hari biasa, atau setelah jadi presiden masihkan dirinya bersedia? Atau dengan mengerahkan tim suksesnya mengadakan kegiatan amal besar-besaran yang cuma dilakukan 5 tahun sekali.

Ironis...

Ke-jumud-an,Ke-cunthel-an,Ke-judeg-an (3)


Ini mungkin pelampiasan saya yang ke-tiga dalam blog ini. Yahh..namanya juga manusia, pasti ada rasa amat sangat benar-benar marah sekali. Ketika keinginan kita ngga dapat hasil yang sesuai dengan harapan. Ketika hampir satu bulan, skripsi cuma bisa mengisi sedikit kekosongan sisi meja dosen pembimbing, gimana rasanya? Jangankan saya (sebagai pembuatnya), satu bendel skripsi saya pasti merasa bosan karena dicuekin terus, ditambah beban berat karena ditumpuk dengan skripsi-skripsi lainnya plus tugas mahasiswa dan sebagainya. Dan sialnya..skripsi saya (karena saking lamanya), mulai merangsek ke barisan bawah. Apa ngga makin berat beban skripsi saya? Lha terus ini dari si pembuatnya, karena sudah benar-benar "anyel", ya terpaksa saya membuat gambar di atas. Gambar di atas di dasarkan pada sebuah realita (walaupun agak sedikit hiperbolis juga), bahwa dosenpun juga manusia biasa yang ngga selalu menjaga image dan kehormatannya. Kadang seorang dosen berlagak sok berwibawa agar mahasiswa segan kepadanya. Atau berlagak sok sibuk, berjalan kesana-kemari, menolak mahasiswanya yang mau bimbingan skripsi, padahal ngga jelas lagi ngurusin apa. Emang sih kelihatannya lagi ada urusan penting yang amat sangat mendesak sekali untuk dikerjakan tapi....ehm..ehm...apa bener urusan tersebut benar-benar sebuah urusan demi untuk mengangkat harkat dan martabat MAHASISWA-nya, demi mencerdaskan MAHASISWA, demi membuat sebuah kemajuan bagi kualitas MAHASISWA. Jangan-jangan...ehm..itu cuma urusan pribadi (dapet proyek penelitian, dapet tugas karena punya posisi lebih strategis seperti kepala UPT, anggota Senat, atau ngobyek sana- ngobyek sini..) yang semuanya cuma profit-oriented yang masuk ke kantong para dosen sendiri.SUNGGUH TERLALU...seandainya itu benar adanya... Sebagai manusia, kita punya amanah yang harus dilaksanakan. Seorang mahasiswa (for all as a human) dapat amanah wajib dari Tuhan, bahwa kita harus menuntut ilmu dari lahir sampai liang lahat. Mahasiswa juga dapat amanah dari orangtuanya untuk segera merampungkan studinya agar dapat memenuhi harapannya untuk memiliki seorang anak yang benar-benar berilmu dan dapat sedikit meringankan beban orangtuanya (bukankah sebagai seorang anak kita punya kewajiban membuat orang tua kita bahagia??). Dosenpun demikian. Bukankah sebagai seorang guru, mereka harus dengan sekuat tenaga berusaha untuk mencerdaskan murid-muridnya??Bukankah sebagai seorang guru harus sudah bersedia untuk men-dedikasi-kan dirinya untuk pendidikan??Kalo belum tahu bagaimana dedikasi seorang guru sesungguhnya, sebagai contoh yang paling simple, coba baca buku Laskar Pelangi. Disitu kita bisa tahu baru satu sisi perjuangan seorang guru sesungguhnya. Atau mungkin perlu saya kasih contoh riil yang saya tahu sendiri. Nggak usah jauh-jauh, cukup bapak saya yang juga seorang guru. Beliau adalah salah satu di antara sekian banyak contoh teladan seorang guru. Bayangkan, sebagai seorang kepsek sebuah SMP yang baru berdiri dan baru membangun atau biasa disebut "babat alas", Yang berjarak kurang lebih 40-50 km dari rumah saya, beliau harus sudah mandi sebelum waktu subuh. Habis subuh, beliau sudah berangkat dengan yamaha robotnya sebagai satu bagian awal perjalanan. Sampai Kota Kabupaten, motor dititipkan (karena ngga memungkinkan untuk melewti kondisi jalan yang berbukit-bukit) dan beliau naik bis lagi untuk naik ke daerah pegunungan berjarak 15-20 km. Dan itu berulang terus setiap hari.Hingga di akhir masa kepemimpinannya, beliau bisa menghantarkan SMP-nya termasuk 10 besar SMP terbaik di Kabupatenku (Bayangkan untuk sebuah sekolah yang baru kurang lebih 4 tahun berdiri). Itulah contoh riil sebuah perjuangan seorang guru yang patut dicontoh diantara perjuangan-perjuangan terbaik lainnya. Nah, kembali ke masalah dosen dan mahasiswa. Ketika mahasiswa ngga bisa lulus dengan mulus, bukankah kita sedang melalui sebuah masa useless day. Potensi dan kreatifitas kita yang sedang mekar-mekarnya terpaksa terkungkung dalam rutinitas skripsi yang nggak tahu kapan ketemu pangkal jalannya.
Tapi..... sekarang saya berusaha untuk berpikir bijak. Ya, berusaha untuk lebih cermat bahwa apa yang saya alami adalah grand design dari Tuhan kepada hambaNya. Mencoba menerima bahwa apa yang kita alami pasti ada sebuah kebaikan dan hikmah di dalamnya. Cukuplah kita berusaha maksimal (maksimalkan Ikhtiar) dan setelah itu, maka bukan jadi wilayah kita. Biarlah Tuhan yang mengambil keputusan terbaik bagi hambanya. Tapi, jangan lupa juga untuk men-iba dan memohon kepada Tuhan agar keputusan yang Dia ambil bisa sesuai dengan harapan kita. Dan kalo nggak sesuai dengan harapan lagi...emmmm, kita cari hikmahnya dan kita berjuang lagi..



nb: beberapa hari setelah saya membuat gambar ini, Alhamdulillah akhirnya bisa ketemu dosen pembimbing dan bisa lolos untuk menyelesaikan satu bab terakhir. Tapi, isi hati tetap harus diungkapkan. Makanya saya tetap meng-upload gambar saya ini.

fesbuk..oh fesbuk...


demam fesbuk telah melanda dunia...banyak orang terpikat dengan kemudahannya dibanding situs jejaring sosial lainnya. pembuat fesbuk tidak lebih tua dari usia saya namun, mampu membuat suatu hal amat sangat luar biasa yang belum tentu bisa dilakukan orang lain. selain secara skill pemograman yang cukup mumpuni untuk membuat situs dengan interface yang sangat user friendly, dia juga peka dengan kondisi pasar yang ternyata mengapresiasi positif terhadap karyanya. bermula dari situs jejaring sosial antar universitas di Amerika, animo masyarakat sangat besar yang menginginkan keberadaan fesbuk secara luas tidak sebatas antar kampus tapi bisa menjadi situs jejaring sosial dengan cakupan dunia.kepekaan membaca peluang pasar inilah yang dimanfaatkan dan menjadikan pembuatnya menjadi salah seorang milyuner dunia dalam usia relatif muda.
tapi, disisi lain fesbuk bisa memberikan dampak negatif terhadap budaya bangsa kita. bangsa kita yang menjunjung tinggi nilai kekeluargaan, tepo sliro, gotong royong dan nilai-nilai moral lainnya bisa tergerus rasa kekerabatannya dengan teman-teman disekitarnya karena mungkin telah merasa mempunyai banyak teman meskipun hanya di dunia maya. secara tidak sadar kita digiring untuk meninggalkan pola kekerabatan yang riil. inilah yang harus kita cermati, bahwa ada orang-orang disekitar kita yang tetap harus kita jalin rasa persaudaraannya. mungkin kita harus bisa mengendalikan diri agar tidak selalu berada di depan layar komputer, nge-add sana-sini, nge-wall dan kasih comment sebanyak-banyaknya agar kita juga gantian dikasih comment atu merasa ada yang merhatiin kita tapi, di sisi lain kita lalai kalo tetangga kita mungkin ada butuh bantuan. jangan latah terhadap hal-hal baru dan berbau trend setter. bersikap terbuka terhadap segala hal tapi, tetap konsisten dengan jati diri bangsa yang tidak selalu sesuai dngan budaya baru yang diusung dari luar...

Hari-hari (yang) Besar


di akhir bulan April ini banyak sekali peringatan tanggal yang dianggap sebagai hari peringatan akan sesuatu yang besar.tanggal tersebut menjadi sebuah momentum untuk mengingatkan kepada khalayak tentang pentingnya tanggal tersebut. hal ini mungkin bisa sangat bermanfaat agar masyarakat mau untuk sedikit peduli karena, jika tidak ada tanggal peringatan tersebut, masyarakat akan lupa bahwa ada sesuatu yang cukup berharga yang harus kita ingat dan kita lakukan. tapi, disisi lain, tentang kontinyuitas selanjutnya setelah tanggal tersebut telah dilewati. apakah masyarakat akan benar-benar bisa konsisten untuk memaknai dan mengamalkan tanggal yang dianggap hari besar tersebut. yah, semua itu kembali kepada setiap individunya masing-masin, toh minimal peringatan tanggal-tanggal tertentu yang dianggap hari besar tersebut bisa mengingatkan kembali akan pentingnya arti tanggal tersebut daripada tidak samasekali. bingung tho....

ke-jumud-an,ke-cunthel-an, ke-judeg-an (2)


mungkin inilah pelampiasan saya yang kedua kalinya dari sekian banyak kekecewaan yang ada. gimana nggak kecewa, ketika kita sudah berusaha berbuat yang terbaik tapi, orang lain mengapresiasi usaha kita dengan seenaknya sendiri.
semoga saja hal ini tidak terjadi berlarut-larut. cukuplah 3 semester saja saya menjalani skripsi saya. semoga kita bisa menjadi lebih bijak dalam menyikapi dan menghargai orang lain. kalo memang masih dikecewakan lagi....ya mungkin akan ada pelampiasan-pelampiasan selanjutnya...

ke-jumud-an, ke-cunthel-an, ke-judeg-an


ketika otak terasa kaku, inilah pelampiasanku...
setelah beberapa bulan telah berlalu, tapi harapan tak segera terwujudkan...