Journey to EADC 09 (untold story) 1


Kurang lebih 1 bulan yang lalu emang punya pengalaman yang cukup mengesankan dalam hidup. He..he.. bisa lolos 10 besarnya eagle awards-nya metro tv. Ngga nyangka..., bermula ikutan workshop-nya eagle awards di undip semarang sekitar akhir maret, saya beserta seorang teman (farid a.k.a rahul) membulatkan tekad untuk mencoba peruntungan di kompetisi film dokumenter ini. Sebenarnya ketertarikan saya pribadi untuk ikut eagle awards documentary competition (EADC) metrotv sudah ada sejak film suster apung jadi pemenang-nya, tapi berhubung ngga tahu cara ikutannya, hasrat itu masih terpendam dalam diri. Sampai ketika bertemu dengan kang rahul yang ternyata passion-nya sama, akhirnya kami mencoba ikutan kompetisi ini. Itung-itung pengisi kekosongan waktu ketika saya sudah cukup stres karena ngga bisa segera menyelesaikan skripsi. Saking ngotot-nya, kami mengirimkan 3 proposal sekaligus. Yang pertama tentang papillon komik semarang, kedua tentang genk kobra jogja dan ketiga tentang sanggar semu jogja yang didirikan seorang teman semasa smp dan sma. Dari ketiga proposal tersebut, hanya proposal yang mengangkat ide cerita tentang papillon komik yang bisa lolos 47 besar. Selang kira-kira 1 minggu kemudian, ternyata kami bisa lolos 22 besar dan menjalani tes psikologi di jogja dan wawancara by phone dengan selektor proposal EADC. Akhirnya Alhamdulillah, kami bisa lolos 10 besar dan berhak mengadu nasib proposal kami di Jakarta untuk pitching forum di metro tv. Banyak suka duka yang kami alami, dari terjatuhnya saya dari sepeda motor 3 hari menjelang deadline pengiriman proposal sehingga saya harus membantu kang rahul untuk menyelesaikan proposal dalam keadaan luka-luka di sekujur tubuh (bahkan selama tiga hari saya harus shalat dengan duduk, karena kalo lutut di tekuk akan teramat sakit sekali rasanya...). Belum lagi ditambah beban psikis karena memikirkan motor yang rusak dan berusaha menyembunyikan keadaan saya saat itu kepada orang tua (mungkin sampai sekarang...). Lebih parah lagi adalah posisi kang rahul..ketika 1 minggu menjelang deadline kirim proposal, dia dapat SP 1 dari kampusnya karena statusnya sebagai mahasiswa sudah menempuh 14 semester. Itu jadi berimbas pada pengerjaan proposal (karena mungkin kang rahul cukup stres) yang molor dan baru dikerjakan 3 hari menjelang deadline (dan setelah itu gantian saya yang dapat peringatan). Bahkan, ketika kami lolos 22 besar dan harus tes psikologi di jogja, kang rahul harus meninggalkan pernikahan adiknya yang sudah dipersiapkan keluarga besar-nya jauh-jauh hari sebelumnya untuk resepsi di Cilacap. Dengan berat hati dia harus meminta izin dan berpamitan dengan ayah, ibu dan keluarganya untuk bisa ikut tes psikologi di jogja...bayangkan!!!...dan lucunya, gara-gara keluarganya semua pergi ke Cilacap, dia lupa tidak minta uang saku kepada ibunya dan terpaksa dia membawa celengan yang berisi uang receh (saya masih geli, kalo ingat ketika kang rahul akan membayar bensin, dia harus mengeluarkan celengannya dan menghitung uang receh seratusan satu persatu...). Yah..itulah sekelumit cerita pengantar pengalaman kami ketika lolos 10 EADC, walaupun akhirnya kami ngga lolos dan belum bisa mewujudkan film kami..tapi, masih next ada beberapa pengalaman lain yang masih bisa di tulis.. Ilustrasi di atas emang satu sisi lain dari perjuangan kami di EADC, yang jelas berbeda dengan yang sekarang mungkin lagi tayang di metro tv yaitu Journey to Eagle Awards. He..he..cuma berusaha kreatif menyikapi sebuah kebelumberhasilan...maturnuwun

1 komentar:

Idub | 26 Juli 2009 pukul 21.51

Tapi hebat lho 10 besar.. naik pesawat, masuk tipi.. Hoho..